Pengalaman Pengidap Covid-19, Pertama di Awali Batuk Pilek dan Hilangnya Fungsi Indra Penciuman
PORTALBELANEGARA.COM, Garut – Infeksi Covid-19 memang tidak selalu disertai komplikasi berat dan mematikan. Beberapa di antara Survivor Covid-19 hanya mengalami gejala ringan dan sedang, bahkan tanpa gejala. Namun bukan berarti virus ini bisa diremehkan. Bagi yang dikategorikan ringan dan sedang, berbagai keluhan mulai dari batuk terkadang masih menghantui.
Sekalipun pada beberapa orang hanya memicu gejala ringan dan sedang, tidak ada jaminan berbagai keluhan tersebut akan hilang hanya dalam 1-2 pekan.
Melawan infeksi Covid-19 bisa jadi pengalaman yang berbeda-beda bagi tiap survivor. Ada yang bisa merasa baik-baik saja dan bisa cepat pulih, tapi ada juga yang gejalanya cukup berat bahkan sampai kepada kematian.
Kepada Portal Bela Negara, seorang survivor atau pengidap positif Covid-19 yang berhasil sembuh mengisahkan pengalamannya bergelut dengan Covid-19.
Fakta Corona atau Covid-19 yang saya alami saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi dengan tujuan untuk memberikan edukasi kepada seluruh pembaca.
Singkat Cerita pada tanggal 30 November 2020, saya mengalami batuk pilek di sertai hilangnya fungsi indra penciuman. Pada tanggal 3 Desember saya beserta istri melaksanakan tes swab yang keluar dengan hasil positive, lalu di tanggal 6 malam saya berangkat isolasi di RS MEDINA, di Wanaraja Garut dengan senyap tanpa di ketahui warga setempat, dengan tujuan agar tidak heboh di lingkungan tempat tinggal, karena saya tidak mau kalau sampai lingkungan saya di PSBM.
Saya peduli dengan warga ditempat saya tinggal, apabila di laksanakan PSBM maka mereka tidak bisa menjalankan usahanya, karena rata-rata mereka usaha di pasar dan sebagai buruh harian.
Setelah sampai di RS Medina melaksanakan cek awal untuk mengetahui ;
1. Apakah ada sakit bawaan?
2. Apa saja keluhannya?
3. Cek tensi
4. Pernafasan dll.
Untuk keluhan yang saya alami adalah, Batuk pilek ringan, Tenggorokan kering, Lidah setengah kebelakang kering.
Lalu saya mempersiapkan masuk kamar 21 lantai 3 dan di bekali alat mandi dan vitamin C 10 tablet untuk 10 hari. Sementara untuk fasilitas di rungan kamar isolasi terdiri dari tempat tidur lengkap dengan Televisi.
Saya tinggal bersama 4 orang pasien OTG dari salah satu instansi pemerintah di Garut. Untuk dukungan makan minum cukup bagus sesuai standar kesehatan. Makan 3 kali sehari di tambah extra puding 1 bok pada siang hari.
Pengecekan tentang keluhan pasien di laksanakan rutin tiap hari oleh Nakes. Apa bila ada keluhan di luar pengecekan bisa di sampaikan via WA Grup Medina.
Saya menjalani isolasi pertama seminggu di rumah sebelum hasil swab keluar. 2 hari sebelum berangkat 8 hari di RS Medina dan 4 hari terakhir di rumah.
Alhamdulillah selesai masa isolasi saya dan keluarga sehat wal’afiat. Namun masih menyisakan dampak sosial, bagi yang belum mengetahui bagaimana sesungguhnya apa itu Corona?
Pesan saya bagi para pembaca tidak usah takut dengan Covid-19, tapi juga jangan sembrono harus waspada dengan selalu menjalankan protokol kesehatan 3 M (memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan) agar tidak terpapar Covid-19. Karena walaupun gejalanya ringan tapi dampak sosialnya luar biasa, cukup menyiksa bagi istri yang di isolasi di rumah dengan anak-anak saya.
Dampak sosial yang dirasakan tersebut contohnya :
1. Tidak bisa bebas keluar
2. Anak tidak bisa ke sekolah untuk ujian
3. Anak tidak bisa jajan ke warung
4. Jadi bahan gunjingan bagi yang tidak faham akan penyakit Covid-19
5. Cukup memeras mental dan fikiran untuk menyelesaikan masalah.
Jadi cara menyikapinya memang saya sebagai kepala rumah tangga harus rileks agar bisa menjawab dengan benar setiap kesulitan yang di alami oleh istri di rumah yang mengurus dua orang anak yang juga sedang ujian.
Alhamdulillah semuanya sudah kami lewati dengan aman.
Salam sehat untuk semua pembaca. Semoga Alloh SWT memberikan pertolongan dan perlindungan kepada kita semua agar kita di selamatkan dari dampak yang di akibatkan oleh yang namanya Corona/Covid-19. Aamiin Yaa Rabbal alamiin.
Demikian Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh.
“Dariku sang penggembala dari pelosok sebuah desa di tengah hutan belantara BLORA,” tulis salah seorang Survivor Covid-19 kepada redaksi Portal Bela Negara. (Red)