Usaha Jamur Tiram CV Azzam Agro Globalindo: Bisnis Sehat Bernutrisi dari Kabupaten Bogor

Bogor || Permintaan masyarakat terhadap pangan sehat dan bergizi terus meningkat, dan salah satu komoditas yang ikut naik daun adalah jamur tiram. Tidak hanya karena kandungan nutrisinya yang tinggi, tetapi juga karena cita rasanya yang netral dan mudah diolah ke berbagai jenis makanan. Melihat peluang tersebut, CV Azzam Agro Globalindo, yang berlokasi di Desa Sukadamai, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor, mengambil langkah strategis dengan membudidayakan jamur tiram secara profesional.
Berdiri sejak tahun 2017, CV Azzam Agro Globalindo kini telah memiliki 13 kumbung dengan kapasitas produksi mencapai 15.000 baglog. Tak hanya fokus pada produksi, perusahaan ini juga mengedepankan efisiensi biaya dan kelayakan usaha sebagai landasan dalam mengembangkan agribisnis yang berkelanjutan.
Modal Besar, Hasil Besar
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Bela Ulandari dan tim dari Program Studi Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tercatat bahwa total biaya yang dikeluarkan selama tahun 2024 mencapai Rp 1,009 miliar, terdiri dari:
- Biaya tetap sebesar Rp 70 juta (sewa lahan dan penyusutan alat)
- Biaya variabel sebesar Rp 939 juta (bahan baku, tenaga kerja, transportasi, dll)
Meskipun investasi yang dibutuhkan cukup besar, hasil yang diperoleh juga menjanjikan. Dalam tahun yang sama, penerimaan penjualan jamur tiram mencapai Rp 1,53 miliar, menghasilkan laba bersih Rp 526 juta.
Apakah Usaha Ini Layak? Ini Jawabannya
Penelitian tersebut juga menganalisis kelayakan usaha dengan menggunakan tiga indikator utama, yaitu:
- B/C Rasio sebesar 0,52. Artinya, setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memberikan keuntungan sebesar Rp 0,52. Karena >0, usaha ini menguntungkan.
- Break Event Point (BEP), Volume: 69.643 kg per tahun dari total produksi 102.866 kg. Harga: Rp 9.817/kg dari harga jual Rp 14.500/kg. Ini menunjukkan bahwa usaha telah melewati titik impas, artinya secara operasional sudah untung.
- Payback Period (PP). Usaha diperkirakan balik modal dalam 1 tahun 24 hari – waktu yang sangat cepat untuk skala usaha agribisnis.
Kuncinya: Efisiensi dan Strategi Pemasaran
Kesuksesan CV Azzam Agro Globalindo tidak hanya terletak pada proses budidaya yang efisien, tapi juga strategi pemasaran yang agresif. Produk mereka telah menjangkau pasar-pasar besar seperti Pasar Induk Cibitung, Cileungsi, Bekasi, hingga Bogor. Selain dijual segar, jamur tiram juga dikemas dalam bentuk siap konsumsi dengan berbagai ukuran, menyesuaikan kebutuhan pasar.
Potensi Besar di Balik Jamur yang Lembut
Dari sisi gizi, jamur tiram mengandung protein nabati, serat, vitamin, hingga asam lemak tak jenuh yang baik untuk kesehatan. Ditambah dengan biaya produksi yang relatif rendah dan permintaan pasar yang stabil, usaha ini dinilai sebagai salah satu agribisnis paling menjanjikan saat ini.
Melalui pengelolaan yang profesional, pemanfaatan lahan yang optimal, serta perhitungan finansial yang cermat, CV Azzam Agro Globalindo membuktikan bahwa usahatani jamur tiram bukan hanya bisnis pangan, tapi juga bisnis masa depan.
Kesimpulan dari penelitian ini jelas: usaha budidaya jamur tiram CV Azzam Agro Globalindo layak dijalankan dan sangat menguntungkan secara finansial. Diharapkan model ini bisa menjadi inspirasi bagi para petani milenial, pelaku UMKM, maupun investor yang ingin mengembangkan bisnis agribisnis yang berorientasi pada keberlanjutan dan kesehatan masyarakat.
Cerita CV Azzam Agro Globalindo menegaskan bahwa pangan sehat + manajemen keuangan ketat = kombinasi menang. Dengan BEP terlampaui, PP hanya 1 tahun, dan peluang diversifikasi pasar olahan, jamur tiram bukan sekadar lauk bergizi ia sudah menjadi komoditas strategis bagi pertanian milenial.
Bagi pembaca yang berminat terjun ke agribisnis, kisah AAG dapat dijadikan blueprint praktis: mulai dari skala terukur, disiplin mencatat biaya, dan berani mengusung inovasi digital serta sirkular.
Dengan pendekatan ini, “jamur” tak lagi identik dengan lembap dan gelap melainkan terang cash‑flow yang sehat.“Sukses agribisnis tidak lahir dari sawah luas, tapi dari data, disiplin, dan dedikasi.”
Penulis:
Tim Peneliti Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bela Ulandari, Achmad Roi Bafih, Teguh Patriana, Hasriana
Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta