UKM FPM STAI Denpasar Adakan Sharing Online Kepenulisan

PORTALBELANEGARA.COM, Denpasar (Bali) – Forum Penulis Mahasiswa (FPM) STAI Denpasar Bali mengadakan Sharing Online pada Jum’at (19/8/2020) pada pukul 20.00 WITA pada account Instagram @pena_staid. Dengan Tema “Produktif dan Positif Membangun Konten Inspiratif.” Bersama Founder Aswaja Dewata sekaligus team penulis buku “Fiqih Muslim Bali”, yakni Dadie W. Prasetyoadi, S.Pd., sebagai pemateri dengan materi seputar Konten media sosial.

Tak ketinggalan, dan selaku moderator senior FPM yakni Fhaezal Efendy.

Tema ini diambilnya melihat pesatnya perkembangan konten yang ada di media sosial. Banyaknya konten yang tersedia menjadi hal yang patut diperhatikan, terlebih memilah-milah, mana konten yang positif dan mana konten yang negatif.

Sebagai UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang bergerak di bidang jurnalistik dan kepenulisan, FPM sangat intens bergelud dengan media sosial, hal inilah yang mandasari perlunya FPM membahas mengenai konten pada media sosial.

Dalam kesempatan kali ini, Dadie sapaan akrab narasumber membeberkan beberapa hal mengenai konten media sosial menurut pengalaman dan pengetahuannya selama ini.

Ia menuturkan bahwa jenis konten ada dua, yakni positif dan negatif. Penilaiannya adalah berasal dari bagaimana pemirsa/penikmat konten menanggapinya.

Dadie juga menambahkan bahwa ada konten yang sifatnya jelas, maksutnya adalah konten itu benar-benar bersifat negatif ataupun positif.

“Kalau untuk yang sifatnya jelas, melihat dari kultur budaya kita di Indonesia, beberapa konten dengan muatan pornografi, ujaran kebencian, fitnah dll hal-hal yang menjadi paradikma negatif itu dapat dikatagorikan negatif secara jelas,” imbuhnya.

Mengenai kiat-kiat dalam membuat konten yang inspiratif, Ia memberikan masukan bahwa konten yang dibuat harus memiliki nilai manfaat bagi semua orang dan tentunya harus konsisten.

“Yang jelas konten positif dan inspiratif itu harus memiliki manfaat bagi semua orang. Ada beberapa konten yang mungkin memiliki manfaat dan bisa menggugah rasa org yang menikmatinya, contohnya adalah mengenai hal-hal sosial, lingkungan, sejarah dan yang dapat mengedukasi orang lain,” ujar pria yang juga pernah menimba ilmu di Jerman itu.

Dalam kesempatan tersebut, Beliau juga menceritakan bagaimana awal merintis Aswaja Dewata yang berawal dari pemikiran bersama mengenai pentingnya melestarikan budaya dengan tetap menjunjung nilai-nilai toleransi beragama.

Melihat banyaknya even/lomba di sosial media dengan memberikan hadiah menarik dan menggiurakan pada pemenangnya.

Pada kesempatan ini dibahas pula bahwa kegiatan tersebut sangat baik untuk mampu mendongkrak jumlah pengikut, namun juga harus memiliki konsistensi dalam pelaksanaannya.

“Kalau kami di Aswaja Dewata sejauh ini masih belum melaksanakan even/lomba karena masih baru dan fokus pada karya-karya terlebih dahulu.

Namun, dari beberapa pengalaman saya, itu sangat positif selain juga sebagai stimulus untuk dapat menarik simpati pemirsa lebih mengenal konten-konten yang kita buat.

Even/perlombaan tersebut haruslah jelas dari segi teknis, baik ketentuan dan peraturan didalamnya.

Dadi juga menambahkan bahwa even perlombaan yang memiliki perubahan dalam hal teknis, juga harus memiliki kebijakan untuk peserta agar peserta tidak merasa dikecewakan.

Sebagai contoh, misalkan perlombaan tersebut ada penguluran waktu, hal itu sah-sah saja karena mungkin jumlah peserta yang belum terpenuhi.

Kemudian juga adanya perubahan dalam hal teknis, yakni persyratan atau ketentuannya berubah, hal itu sudah biasa meskipun memang kurang optimal, tetapi juga harus memberikan kebijakan bagi peserta, misalnya memberikan kesempatan bagi peserta untuk dapat merevisi karyanya sesuai dengan ketentuan yang berubah tadi.

“Saya rasa lebih baik even itu konsisten dan tidak berubah-ubah, dikhawatirkan membuat peserta kecewa,” imbuhnya.

Bagi Sadie, penilaian dari karya yang dilombakan adalah yang sangat vital, untuk itu beliau menegaskan bahwa penilaian harus dilakukan oleh orang yang kompeten di bidangnya, hal ini meminimalisir adanya kesalahan dalam penilaian.

Tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Belum sempat membuka sesi tanya jawab, siaran IG live pun terputus akibat telah melewati batas waktu. Namun dalam wawancara pribadi, mengkhiri sharing kali ini, ia berpesan kepada siapun yang masih bingung namun punya keinginan.

“Buat saja konten yang simple dan mudah, mungkin dari pengalaman pribadi atau kehidupan sehari,” sarannya.

Untuk konten yang mudah dan sering mendapat atensi dari peminat adalah konten berupa gambar, meme yang diisi dengan tulisan singkat. Biasanya itu akan lebih masuk ke hati orang-orang dan mudah difahami,” tandasnya. (Herdiam Armadhani)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!