Refleksi Kegiatan Workshop, Implementasi Pendidikan Karakter untuk Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila di SMAN 16 Garut
Ditulis Oleh: Isoh Solihah, M.Pd
Salah satu program pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia yaitu dengan dilaksanakannya program guru penggerak. Program guru penggerak ini dilaksanakan melalui beberapa tahap seleksi yang cukup ketat. Pengimbasan budaya positif merupakan salah satu program guru penggerak yang harus dilaksanakan di sekolah. Program ini mengacu pada visi dan misi Presiden untuk mewujudkan Indonesia Maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya Profil Pelajar Pancasila. Pelajar Indonesia diharapkan dapat bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, bergotong royong, dan berkebinekaan global. Perumusan kebijakan dan pelaksanaan pembangunan di bidang pendidikan dan kebudayaan mengedepankan inovasi guna mencapai kemajuan dan kemandirian. Pelajar Pancasila merupakan perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat. Pendidikan sepanjang hayat, sebuah konsep yang menyatakan proses pendidikan dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja tanpa dibatasi oleh usia. Pelajar Indonesia harus siap menjalankan tugas tersebut. Pelajar Pancasila harus memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Empat orang guru di SMAN 16 Garut yang alhamdulillah telap lulus seleksi program guru penggerak angkatan ke-IV diantaranya Yanti Damayanti, S.T, Irma Yusmita, S.Pd, Ipung Saepulrohman, S.Pd, dan Heri Susanto, S.Pd., telah melaksanakan kegiatan workshop di SMAN 16 Garut yang diikuti oleh seluruh guru di SMAN 16 Garut. Workshop ini dilaksanakan pada hari Rabu, 12 Januari 2022 dengan mengambil tema “Implementasi Pendidikan Karakter untuk Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila di SMAN 16 Garut”. Kegiatan ini dibuka oleh Kepala Cabang Dinas Wilayah XI Provinsi Jawa Barat, Bapak Drs. Aang Karyana, M.Pd. Dalam sambutannya beliau menyampaikan bahwa program guru penggerak merupakan program untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Selain itu Kepala SMAN 16 Garut Bapak Sopyan Nurjaman, M.Pd menyambut baik kegiatan ini dengan berharap para guru sebagai stakeholder dapat bekerja bersama-sama untuk mendidik siswa dalam mewujudkan mereka menjadi profil pelajar pancasila. Pada tahun sekarang SMAN 16 Garut pun lolos sebagai sekolah penggerak yang tentunya akan menghadapi berbagai tantangan yang cukup berat.
Dalam laporannya, Yanti Damayanti sebagai ketua pelaksana menyampaikan bahwa untuk mewujudkan pelajar Indonesia dengan profil pelajar Pancasila di sekolah, maka sekolah harus dapat menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif dengan menumbuhkan budaya positif di sekolah. Guru sebagai pamong harus dapat memberikan tuntunan agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Guru diharapkan memiliki nilai-nilai positif yang dibutuhkan untuk membentuk karakter pelajar Pancasila dengan memberi contoh dan melakukan pembiasaan yang konsisten di sekolah. Pengembangan budaya positif dapat menumbuhkan motivasi instrinsik dalam diri anak agar menjadi pribadi yang bertanggung jawab, berbudi pekerti luhur serta berakhlak mulia.
Pada sesi selanjutnya materi disampaikan oleh Pengajar Praktik dari Program Guru Penggerak dan para calon guru penggerak sebagai panitia pelaksana. Materi pertama disampaikan oleh Heri Susanto, S.Pd dengan topik Pilosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara. Metode penyampaian materi diawali dengan tanya jawab tentang pilosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara. Pilosofi tersebut berbunyi ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. Pilosofi ini sarat dengan makna yang perlu dipahami dan diaplikasikan dalam pembelajaran oleh para pendidik. Di depan guru harus menjadi pemimpin dan teladan, di tengah menjadi penyemangat siswa dan di belakang menjadi pendorong. Dengan pilosofi ini, peran guru merupakan tugas yang sangat mulia yang harus dilaksanakan dengan penuh keikhlasan tanpa mengharap balas jasa.
Selanjutnya melalui tayangan video yang disajikan berkaitan dengan aplikasi pilosofi pendidikan tersebut, menambah wawasan dan pengetahuan peserta tentang bagaimana menghadapi siswa dalam membimbing mereka untuk meraih cita-citanya di masa depan. Salah satu materi yang sangat menarik bagi penulis adalah bahwa pendidikan itu harus dilaksanakan secara kontinuitas, konvergensi dan konsentris. Kontinuitas artinya pendidikan dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan. Konvergensi artinya pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan dan pembawaan, namun motivasi belajar siswa yang perlu terus dikembangkan. Adapun konsentris artinya pendidikan harus menghargai keragaman dan keunikan siswa. Peran guru adalah membimbing siswa dalam mengolah rasa, karsa serta karya dan olahraga, tanpa mengubah karakter dan budi pekerti siswa yang baik.
Materi selanjutnya yang cukup menarik dari kegiatan ini adalah “Keyakinan Kelas” yang disampaikan oleh Yanti Damayanti S.T. Keyakinan kelas ini merupakan budaya positif yang dilakukan melalui proses membuat kesepakatan kelas yang dibimbing oleh wali kelas. Pembuatan kesepakatan kelas bertujuan untuk meningkatkan kualitas kelas untuk mewujudkan profil pelajar pancasila. Adapun langkah-langkahnya diantaranya (1) para siswa menuliskan mimpi-mimpi mereka, (2) menyimpulkan mimpi-mimpi siswa, (3) berdiskusi cara melaksanakan mimpi tersebut, (4) mendata kesepakatan kelas yang sudah dirumuskan berdasarkan mimpi-mimpi mereka, serta (5) menandatangani kesepakatan kelas tersebut.
Proses bimbingan penyusunan kesepakatan kelas tersebut akan dilakukan esok harinya pada jam ke-5 dengan menggabungkan siswa kelas A dan B. Hal itu disambut gembira oleh para siswa karena mereka sudah lama tidak berkumpul dengan teman-temannya satu kelas. Selain itu berkumpulnya anak-anak dalam satu kelas untuk meningkatkan tali silaturahmi dan kedekatan mereka sesama teman serta saling berbagi ide dan gagasan melalui mimpi-mimpi mereka. Namun tetap dilakukan dengan menjaga protokol kesehatan yang harus terus diawasi oleh walikelas.
Untuk menindaklanjuti konsep tentang keyakinan kelas, para walikelas di SMAN 16 Garut, mulai dari kelas X, XI, dan XII, serta para pembina ekstrakurikuler diintruksikan untuk merealisasikan kegiatan tersebut dalam mengaplikasikan budaya positif melalui proses bimbingan dan kesepakatan kelas. Hal itu disambut baik oleh seluruh peserta yang hadir, tak terkecuali penulis pun merasa terpanggil untuk melaksanakan konsep tentang keyakinan kelas untuk membimbing siswa dalam membuat kesepakatan kelas yaitu kelas XII IPS 2.
Esok harinya hampir seluruh walikelas melakukan bimbingan dengan membuat kesepakatan di kelasnya masing-masing. Berbagai teknis dan cara yang dilakukan para walikelas dalam membimbing siswanya saat membuat kesepakatan kelas. Para siswa pun begitu ceria menyampaikan mimpi-mimpi mereka dengan menempelkan kertas berwarna di papan tulis. Begitu pula dengan siswa kelas XII IPS 2, satu persatu mereka ke depan menuliskan harapan dan mimpi mereka. Hal itu semua bertumpu pada enam karakter profil pelajar pancasila diantaranya beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, bernalar kritis, kreatif, mandiri, berakhlak mulia, bergotong royong, dan berkebinekaan global.
Walhasil ada banyak kesepakatan kelas yang telah dirumuskan. Kesepakatan kelas tersebut diantaranya sebagai berikut: semua siswa memakai sepatu hitam, menempati tempat duduk yang telah ditentukan, melaksanakan kebersihan dengan penuh kedisiplinan dan tanggungjawab, berdoa sebelum dan sesudah belajar, meningkatkan kedisiplinan dalam kegiatan belajar, mengerjakan tugas mata pelajaran yang diberikan dengan baik, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Melalui kesepakatan kelas yang telah dirumuskan tersebut, kami berharap, mudah-mudahan para siswa dapat merealisasikan kesepakatan kelas tersebut dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab serta saling mengingatkan satu sama lain.
Berdasarkan hasil kesepakatan kelas yang telah dirumuskan oleh semua kelas, para guru penggerak berinisiatif untuk menjadikannya sebagai kesepakatan sekolah. Langkah yang dilakukan selanjutnya adalah mengumpulkan para ketua kelas dan sekretaris untuk mensosialisasikan hal tersebut. Sosialisasi tersebut dilaksanakan pada hari Senin, 17 Januari 2022, dan hampir semua perwakilan kelas menghadiri kegiatan itu. Para guru penggerak berusaha menjelaskan rencana tersebut secara gamblang kepada para siswa dan mereka ditugaskan menyampaikan kembali informasinya kepada teman-temannya di kelas. Uraian yang disampaikan para guru penggerak tidak lepas dari konsep profil pelajar Pancasila sebagai implementasi dari pendidikan karakter.
Berdasarkan uraian informasi di atas, profil pelajar pancasila yang perlu dipahami oleh kita semua secara lebih lengkapnya adalah sebagai berikut.
1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia
Pelajar Indonesia yang berakhlak mulia adalah pelajar yang berakhlak dalam hubungannya dengan Tuhan YME. Ia memahami ajaran agama dan kepercayaan serta menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Adapun elemen kunci beriman, bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia adalah akhlak beragama, akhlak pribadi, akhlak kepada manusia, akhlak kepada alam dan akhlak bernegara.
2. Berkebinekaan global
Pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain sehingga menumbuhkan rasa saling menghargai. Selain itu memungkinan terbentuknya budaya baru yang positif, dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa.
3. Bergotong royong
Pelajar Indonesia memiliki kemampuan bergotong royong, yaitu kemampuan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan sukarela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah dan ringan. Elemen kunci gotong royong yaitu kolaborasi, kepedulian dan berbagi.
4. Mandiri
Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar yang bertanggungjawab atas proses dan hasil belajarnya. Adapun elemen kunci mandiri yaitu kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi serta regulasi diri.
5. Bernalar kritis
Pelajar yang bernalar kritis mampu secara objektif memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi menganalisis informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya. Adapun elemen kunci bernalar kritis yaitu (1) memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, (2) menganalisis dan mengevaluasi penalaran, (3) merefleksi pemikiran dan proses berpikir, serta (4) mengambil keputusan.
6. Kreatif
Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat dan berdampak. Elemen kunci kreatif yaitu menghasilkan gagasan serta karya dan tindakan yang orisinal.
Demikian refleksi kegiatan workshop yang dapat penulis sampaikan semoga bermanfaat. Harapan kami mudah-mudahan seluruh siswa SMAN 16 Garut terbentuk menjadi profil Pelajar Pancasila sesuai kriteria di atas sebagai pengimbasan dari budaya positif
Januari 2022
Penulis
Informasi yg lengkap..keren bu…salam literasi
Alhamdulillah Sekolah kita merupakan Sekolah Penggerak dan, kebetulan memiliki guru penggerak, sehingga salahsatu programnya dapat terlaksana di SMAN 16 Garut. Sudah cukup terasa perubahan yang terjadi di kelas, semoga kedepan bisa berlanjut dan lebih baik lagi. Aamiin yra
Hebat bu isoh semoga budaya positif dapat di tumbuhkan di sekolah kita