Program P2L Sukataris Akan Menjadi Percontohan Ketahanan Pangan

PORTALBELANEGARA, Cianjur -Pemerintah Desa Sukataris, Kecamatan Karangtengah, meluncurkan Program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) pada Selasa (20/5), bekerja sama dengan Ayuwangi Farm. Program ini bertujuan meningkatkan ketahanan pangan berbasis pemanfaatan pekarangan rumah tangga.

Acara peluncuran yang berlangsung di RT 03 RW 01 itu dihadiri oleh Camat Karangtengah Dony Herdyana, S.STP., M.AP., Babinsa, Bhabinkamtibmas, Badan Penyuluh Pertanian (BPP) Karangtengah, pengelola P2L, serta berbagai elemen masyarakat.

Kepala Desa Sukataris, M. Nurlukman, menjelaskan bahwa P2L didanai melalui Dana Desa dan menjadi bagian dari program ketahanan pangan berbasis ekonomi sirkular dan pemberdayaan sosial. Program terbagi dalam tiga kegiatan utama: pengembangan kebun produksi, distribusi bibit ke rumah tangga, serta edukasi pengelolaan tanaman.

“Rumah tangga akan menerima lima polibag berisi media tanam dan bibit seperti cabai serta tomat. Warga hanya perlu merawat, menyiram, dan memupuk. Panduan juga akan disediakan,” ujar Nurlukman.

Camat Karangtengah, Dony Herdyana, mengapresiasi langkah Desa Sukataris yang dinilainya inovatif dan dapat menjadi percontohan bagi desa lain dalam mengelola lahan pekarangan tidak produktif.

“Ini langkah konkret memberdayakan pekarangan tidur melalui Bumdes. Harapannya masyarakat bisa kompak dan merasakan manfaat langsung,” kata Dony.

Selain tanaman hortikultura, P2L juga dirancang untuk pengembangan peternakan ayam skala rumah tangga dan kolam ikan. Kotoran ternak akan dimanfaatkan sebagai pupuk, sementara air kolam digunakan untuk irigasi tanaman.

Penyuluh pertanian dari BPP Karangtengah, H. Jana, menyatakan bahwa program P2L telah memasuki tahap pembinaan. Pihaknya terus mendampingi kelompok tani dari budidaya hingga pascapanen.

“Kami arahkan untuk membuat pos komitmen dan menjual hasil panen ke pengepul. Keuntungannya digunakan untuk siklus produksi berikutnya,” ujarnya.

H. Jana menambahkan, meski program sempat mendapat bantuan awal dari pemerintah desa dan memiliki area demonstrasi (deplot), kini dukungan lebih banyak mengandalkan jalur aspirasi, sehingga perlu kolaborasi yang kuat dari masyarakat.

(Rie’an)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!