Navila Roslidah Bagikan Tips Meraih Beasiswa Ke Luar Negeri
PORTALBELANEGARA.COM, Denpasar (Bali) – Dalam hidup, semua orang pasti memiliki cita-cita dan impian yang ingin diraih. Tanpa sebuah mimpi dan tujuan, seseorang tak akan semangat dalam menjalani kehidupan. Bahkan impian bagi beberapa orang itu ibarat nyawa. Demi berhasil mengejarnya, mereka rela melakukan tindakan apapun dan keluar dari zona nyaman.
Bagi seorang pembelajar sejati mengejar mimpi tidak hanya diwujudkan dengan menempuh pendidikan S1. Namun bisa terus dikejar hingga jenjang S2 dan S3. Apalagi jika diwujudkan dengan mendapatkan beasiswa didalam maupun diluar negeri. Mendapatkan beasiswa adalah anugerah sekali dalam seumur hidup.
Navila Roslidah atau akrab disapa Ovik membagikan pengalamannya menembus beasiswa S2 LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) di Universitas Southampton United Kingdom (Inggris) pada tahun 2015. Navila Roslidah membagikan pengalamannya dalam Sharing Online#6 Komunitas Turun Tangan Regional Bali di grup whatsapp pada hari Sabtu (11/7/2020) dari pukul 20.00 wita. Dipandu Octorio Abel Tasman acara ini berlangsung atraktif dengan metode tanya jawab.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum kita mendaftar ke salah satu beasiswa yang ada.
Sebelum mendaftar beasiswa, pastikan perlu diperhatikan niat calon pelamar beasiswa semua sudah bulat karena proses pendaftaran beasiswa cukup panjang mulai dari persiapan sebelum pendaftaran, proses seleksi, proses pendidikan, dan proses pengabdian.
Alasannya karena beasiswa disediakan dari lembaga tertentu, lembaga penyedia beasiswa menginginkan penerima beasiswa untuk memberikan kontribusi kembali yang berupa pengabdian.
Intinya penerima beasiswa memiliki kewajiban berkontribusi bagi negara maupun komunitas usai mendapatkan beasiswa.
Dari proses awal melamar beasiswa, perlu diketahui dulu jenis beasiswa yang ingin kita pilih (dan yang kemungkinan akan memilih kita).
Karena banyak lembaga yang menawarkan beasiswa calon pelamar beasiswa harus memperhatikan hal-hal yang sangat penting.
Pertama, jenjang beasiswa apa yang akan diambil (S1/S2/S3).
Kedua, negara mana yang akan kita pilih. Bagian ini, bisa jadi pilihan untuk memilih beasiswa yang diberikan oleh negara tujuan kita karena tidak semua negara menyediakan beasiswa untuk semua jenjang. Contohnya Türkiye Bursları, beasiswa dari Turki, ini bisa dimulai dari jenjang S1. Contoh lain ada Chevening dari UK yang hanya ada untuk jenjang S2. Jardi untuk S1 di UK, AAS di Australia untuk S2, Fulbright di US untuk S2/S3, dan LPDP dari Indonesia untuk S2/S3.
“Jadi cek apakah negara tujuan kita masuk dalam daftar universitas yang dibiayai,” imbuh Alumni S1 Universitas Negeri Surabaya Tahun 2013 ini.
Ketiga,calon peamar beasiswa wajib mencari tahu tentang persyaratan beasiswanya, mana yang bisa diselesaikan lebih dahulu, jika bisa dicicil supaya tidak terlalu membebani dan bisa optimal.
“Waktu yang saya butuhkan untuk persiapan beasiswa sekitar satu tahun.Jadi, bear with it yaa,” saran wanita yang berprofresi sebagai Engliah Instructor ini.
Keempat, selain wajib mengenali beasiswanya calon pelamar beasiawa juga wajib mengenali kepribadiannya. Seperti kemampuan berbahasa asing, pengalaman organisasi, dan karakter penyedia beasiswa.
“Hal yang penting, tetap berusaha untuk menyesuaikan, tapi selalu be yourself ya,” tandas wanita berhijab ini.
Kelima, calon pelamar beasiswa harus mengetahui seluk beluk kampus tujuan. Dalam sesi wawancara pelamar akan ditanya alasan memilih kampus tujuan.
“Contoh yang harus kita bisa jelaskan adalah modul yang akan kita ambil, kita memilih kampus tersebut karena kampusnya memiliki modul yang sesuai dengan kompetensi kita. Atau lingkungan kampusnya yang mendukung untuk international students.bisa juga ada professor yang kita incar sebagai supervisor kita nantinya. intinya, kenali kampusnya, cari informasi sebanyak mungkin,” paparnya.
Keenam, penuhi persyaratan saat tahu apa yang diinginkan oleh kampus untuk langsung kampus melamar. Masing-masing beasiswa mempunyai persyaratan spesifik yang perlu kita penuhi.
“Saya dulu daftar ke universitas dulu, kemudian daftar beasiswa. Beberapa teman mendaftar beasiswa dulu kemudian Universitas. Jadi depends ya,” pungkasnya.
Ketujuh, ikuti alur seleksi karena sangat penting untuk menentukan timeline calon pelamar beasiswa. Timeline ini penting sebagai pegangan untuk melangkah.
“Saya dulu mengambil keputusan untuk daftar universitas kampus, dulu karena timeline pendaftaran kampus buka lebih dulu daripada beasiswanya. Kemudian proses seleksinya juga berbeda dan membutuhkan dokumen yang berbeda. Jika ada di waktu yang berbeda, akan lebih maksimal untuk mempersiapkan karena waktunya tidak bertabrakan. Kecuali kita bisa manage waktu dengan sangat baik, pasti bisa,” himbaunya.
Kedelapan, selalu perbarui perkembangan informasi beasiswa.
sebagai contoh LPDP dari tahun awal berdirinya hingga sekarang, pembukaannya selalu berubah, dokumen yang dibutuhkan berbeda, alur seleksinya pun berbeda.
Kesembilan, Jangan menunda sebuah kesempatan untuk mendapatkan beasiswa.
“Kesempatan tidak datang dua kali ini sering kali benar loh, dan definisi beruntung menurut saya adalah ketika kita siap, terus kesempatan itu datang. Kesempatan datang tanpa pemberitahuan, hehe. Jadi, kalau persyaratan sudah dicicil dan diperbarui dari sekarang, itu akan lebih baik, begitu pendaftaran dibuka, kita sudah lebih siap dari yang lainnya. Dan satu yang perlu dipahami, dalam mencari beasiswa, yang menjadi saingan terbesar kita adalah diri kita sendiri,” terangnya.
Kesepuluh, penuhi dokumen seperti
CV, motivation letter/personal statement, karya atau lainnya. Selain untuk beasiswa, ini sangat bermanfaat untuk hal lainnya.
“Saya cerita sedikit ya sebagai contoh, ketika saya kuliah di UK, atase Pendidikan dan Kebudayaan dari KBRI London sedang membutuhkan tim riset dari mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di UK, semua jenjang (S1-S3). Ketika itu deadlinenya hari itu juga, alhamdulillahnya saya sudah selalu siap dengan CV dan personal statement itu.saya edit sedikit untuk menyesuaikan tujuan, alhamdulillah terpilih sebagai salah satu dari 12 mahasiswa yang berada dalam tim tersebut untuk menulis buku riset studi komparasi yang kemudian digunakan oleh Kemendikbud RI. Pengalaman seperti ini mungkin tampak seperti keberuntungan, tapi pasti ada kesempatan, kesiapan, dan takdir di situ,” tuturnya.
Kesebelas, relevan maksudnya yang relevan adalah segala sesuatu yang kita sampaikan ketika prosesnya.misal kita mendaftar beasiswa di bidang A, usahakan prestasi (jika ada) yang kita sampaikan juga yang relevan dengan bidang tersebut.
Terakhir adalah sebelum memulai segalanya, jangan lupa meminta restu orang tua.
“Selalu berdoa juga semoga memang rejekinya,” tutup Ovik mengakhiri sharing online.
Jurnalis : Herdian Armandhani
Editor : Rochmatan Akbar