Kolaborasi Peduli Lapang Ibrahim Adjie: Menjaga Warisan, Menyemai Harapan Sepak Bola Cikajang


GARUT || Lapang Ibrahim Adjie, yang selama ini menjadi denyut nadi persepakbolaan Cikajang, kembali menggeliat oleh semangat gotong royong. Berbagai pegiat sepak bola dari komunitas dan klub lokal bersatu dalam sebuah gerakan bertajuk “Kolaborasi Peduli Lapang Ibrahim Adjie” sebuah aksi nyata yang menyatukan kepedulian, kecintaan pada olahraga, dan rasa hormat pada sejarah panjang lapangan yang penuh tuah ini. Rabu (4/6/2025)
Lapang Ibrahim Adjie bukan sekadar tanah datar berumput; ia adalah rahim sejarah yang telah melahirkan banyak pemain berbakat, bahkan sampai ke tingkat nasional. Di lapangan inilah, ribuan mimpi anak-anak kampung mulai dibentuk dengan bola, semangat, dan cita-cita tinggi. Maka, merawat lapang ini adalah bagian dari merawat harapan dan kebanggaan bersama.
Kegiatan yang berlangsung sejak pagi hari ini melibatkan sederet tim dan komunitas sepak bola, antara lain SSB Famili, Samba FC, GT, AFC, 97 FC, KFC, Rilek FC, dan Komite SSB Famili. Seluruhnya hadir dengan semangat satu tujuan menghidupkan kembali energi lapangan yang telah banyak berjasa bagi perkembangan sepak bola Cikajang.
Oded Sutarna, pengurus Lapang Ibrahim Adjie, tak mampu menyembunyikan rasa syukurnya. “Alhamdulillah, semua hadir. Ini bukan hanya tentang bersih-bersih rumput, tapi membersihkan kembali semangat kolektif kita. Lapangan ini punya nilai sejarah dan berkah tersendiri. Terima kasih untuk semua pihak yang peduli dan mau meluangkan waktu demi lapang ini,” ujarnya.
Aten Jajat, salah satu pegiat sepak bola yang juga pelatih muda, turut menguatkan makna kegiatan ini, “Kalau bukan kita yang rawat, siapa lagi? Lapangan ini pernah melahirkan talenta hebat. Jangan sampai kita hanya numpang pakai, tapi lupa memelihara tempat lahirnya prestasi,” ucapnya.
Nawawi, tokoh muda lainnya, menambahkan, “Gerakan kecil ini bisa tumbuh jadi budaya besar. Rawat lapang bukan sekadar kerja fisik, tapi bentuk cinta dan tanggung jawab moral terhadap masa depan sepak bola daerah kita.” ungkap Kang Iwi sapaan akrabnya.
Kegiatan hari itu meliputi pembabatan rumput liar, pembersihan, perapihan sekitar tribun, dan penataan fasilitas pendukung. Meski sederhana, kegiatan ini memiliki dampak luar biasa membangun rasa memiliki, tanggung jawab sosial, dan kesadaran akan pentingnya menjaga warisan bersama.
Lapang Ibrahim Adjie adalah simbol. Ia bukan hanya tempat bertanding, tapi tempat bertumbuh bagi semangat, mimpi, dan masa depan generasi sepak bola Cikajang.
Melalui kolaborasi seperti ini, spirit gotong royong bukan hanya jadi slogan, tetapi budaya hidup. Dan dari tanah berumput itulah, semoga akan terus lahir bintang-bintang baru yang membawa harum nama Cikajang ke kancah nasional. (Gae’s/JN-Cepi Gantina)