Gelombang PHK Naik, Jumlah KPR Bermasalah Menanjak

PORTALBELANEGARA – Daya beli masyarakat yang makin loyo saat ekonomi melambat, mengerek naik jumlah kredit kepemilikan rumah (KPR) yang bermasalah tahun lalu. Di sisi lain, laju pertumbuhan outstanding KPR semakin melambat.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), outstanding KPR perbankan per Januari 2025 sebesar Rp 793,6 triliun atau tumbuh 10,8% secara year on year (yoy). Di periode yang sama tahun sebelumnya mencapai Rp 716,3 triliun atau tumbuh 12,59% yoy.

Sementara rasio kredit bermasalah (NPL) pada Januari 2025 mencapai 2,84%, naik dari 2,53% pada Januari tahun lalu. Artinya, nilai KPR yang bermasalah mencapai Rp 22,5 triliun, bertambah Rp 4 38 triliun hanya dałam setahun.

Kenaikan NPL KPR tampak pada bank pemegang pangsa pasar KPR terbesar di Tanah Air, yakni Bank Tabungan Negara ( BTN) dan Bank Central Asia (BCA).

BTN mencatat NPL KPR subsidi 1,7% per akhir 2024, naik dari 1,5% pada 2023. Sementara rasio NPL KPR non subsidi BTN naik dari 2% jadi Rp 3,7%.

Direktur Risk Management BTN Setiyo Wibowo mengungkapkan, kenaikan NPL KPR itu disebabkan karena daya beli masyarakat turun di tengah tren suku bunga tinggi dan adanya pemutusan hubungan kerja (PHK).

Faktor lain, program relaksasi restrukturisasi kredit terdampak Pandemi Covid-19 sudah berakhir Maret 2024. “Sebagian debitur restrukturisasi yang tak mampu bangkit jatuh ke NPL,” ungkapnya.

Senada, EVP Consumer Loan Bank BCA, Welly Yandoko mengatakan, lonjakan NPL KPR terjadi karena gelombang PHK dan lemahnya daya beli masyarakat. Ia menyebut NPL KPR di BCA tahun lalu naik, terutama di kuartal II tahun 2024.

Namun, pada paruh kedua mulai melandai hingga mencapai 1,26% pada akhir 2024. Meski mengalami kenaikan, Welly menyebut rasio NPL KPR BCA jauh di bawah industri. (insight kontan).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!