Aksi Simbolik Revolusi Pesawat Kertas: BEM Nusantara DIY Menolak Lupa, Menuntut Keadilan

Yogyakarta || Mahasiswa yang tergabung dalam BEM Nusantara Daerah Istimewa Yogyakarta menggelar aksi simbolik bertajuk “Revolusi Pesawat Kertas” di Alun-alun Kidul, Jumat malam (26/9). Aksi ini menjadi bagian dari peringatan September Hitam, sekaligus penegasan sikap mahasiswa bahwa sejarah kelam bangsa dan luka korban pelanggaran HAM tidak boleh dibungkam.

Aksi dimulai dengan orasi politik dan parade puisi yang menggugah kesadaran kolektif tentang potret buram demokrasi di Indonesia. Setelah itu, peserta melakukan tabur bunga dan menyalakan lilin sebagai penghormatan bagi para korban pelanggaran HAM, menandai duka yang tidak boleh dilupakan.

Momen puncak ditandai dengan “Revolusi Pesawat Kertas”, ketika ratusan pesawat kertas diterbangkan ke langit malam. Pesawat-pesawat itu melambangkan harapan, impian, sekaligus perlawanan rakyat terhadap penindasan dan pembungkaman suara. Sebelum dilipat menjadi pesawat, para peserta aksi terlebih dahulu menuliskan harapan, impian, dan kritik mereka untuk bangsa dan negara Indonesia di atas kertas tersebut. Aksi kemudian ditutup dengan doa bersama untuk bangsa dan pembacaan pernyataan sikap.

Dalam pernyataannya, BEM Nusantara DIY menegaskan enam tuntutan utama:

1. Tegakkan supremasi sipil atas seluruh kebijakan negara.
2. Mendesak Presiden RI membuktikan pernyataannya terkait keterlibatan asing dan indikasi makar dalam aksi Agustus 2025 melalui investigasi independen.
3. Usut tuntas kasus pelanggaran HAM masa lalu dan masa kini.
4. Hentikan segala bentuk impunitas dan kriminalisasi rakyat yang bersuara.
5. Wujudkan pemerataan infrastruktur pendidikan di daerah 3T.
6. Tingkatkan kesejahteraan guru dan tenaga pendidik di seluruh Indonesia.

Koordinator Daerah BEM Nusantara DIY, Mohammad Rafli Ilham, dalam orasinya menegaskan bahwa revolusi pesawat kertas adalah simbol harapan dan keberanian mahasiswa untuk terus melawan ketidakadilan:

“Kawan-kawan seperjuangan! Pesawat kertas tidak akan dibungkam, harapan rakyat tidak akan dilipat paksa. Cinta dan mimpi anak-anak bangsa tidak akan pernah jatuh ke tanah, karena setiap lipatan kertas adalah simbol perlawanan, dan setiap terbangnya adalah tanda kebangkitan! Revolusi pesawat kertas adalah revolusi kita semua!”

Ia juga menekankan bahwa perjuangan bukan soal siapa yang terbang paling tinggi atau paling jauh, tetapi tentang keberanian untuk tetap melaju sesuai kata hati.

Aksi ditutup dengan pekikan bersama: “Hidup mahasiswa! Hidup rakyat! (Jansafaat Achmad Ganda Saputra)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!