Lonjakan Tagihan Listrik, Ini Kata Anggota Komisi VII DPR RI

PORTALBELANEGARA.COM, Brebes – Anggota Komisi VII DPR RI Paramitha Widya Kusuma mengatakan ada drama korea dalam proses lonjakan tagihan rekening listrik yang terjadi pada sebagian pelanggan PLN. Lantaran, alasan PLN yang dinilai dibuat buat dan tidak masuk akal menanggapi keluhan masyarakat akibat kenaikan biaya tagihan mereka yang sangat tinggi.

“PLN beralasan kalau tagihan tersebut merupakan akumulasi dari tagihan sebelumnya yang tidak tercatat. Namun alasan berubah karena rekening melonjak akibat WFH (work form home), terus alasan lain katanya mereka pada nonton drakor (drama korea). Ini alasan yang tidak masuk akal,” kata Paramitha, Kamis, 18 Juni 2020, di rumahnya.

Ia mencontohkan, di dapilnya terdapat warnet yang sudah tutup selama dua bulan karena pandemi korona. Seluruh perangkat komputer sudah diangkut dari tempat tersebut. Tapi tagihan listrik malah membengkak menjadi 7 juta rupiah yang biasanya hanya 2,5-3 jutaan.

Kemudian ada relawan yang rumahnya jauh dari kota, sama sekali tidak ada penerapan PSBB dan tidak ada WFH, namun tagihannya naik 100 persen. Selain itu ada juga kost-kostan mahasiswa di Bumiayu yang ditinggal penunggunya para mahasiswa yang pulang karena sekolahnya diliburkan, tagihannya tidak normal.

Banyak laporan yang masuk ke pesan elektronik milik Paramitha mengeluh dan menanyakan hal tersebut pada dewan asal dapil sembilan wilayah Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal dan Kota Tegal ini. Semua keluhan mereka sudah disampaikan saat rapat dengar pendapat bersama Dirut PLN pada Rabu, 17 Juni 2020 kemarin.

“Jangan jadikan alasan pencatat meteran tidak bisa bekerja karena pandemi korona. Mereka kan tidak bertemu langsung dengan pelanggan. Wong Cuma catat meteran saja. Apalagi alasan dihalangi warga karena ada karantina desa. Mereka kan petugas resmi yang ada identitasnya,” katanya.

Saat ini banyak para pelanggan menjerit karena tiba tiba tagihan mereka sangat tinggi ditengah pandemi korona, karena dampak wabah ini tidak hanya dirasakan orang bawah, tapi hampir semua lapisan masyarakat.

“Ingat yang terdampak itu hampir semua lapisan masyarakat. Saya sangat prihatin kinerja PLN kalau seperti ini. Saya harap kedepan perusahaan milik negara ini mampu memberi pelayanan yang humanis atau ramah terhadap masyarakat pelanggan,” ujara Mbak Mitha, sapaan akrab Paramitha Widya Kusuma.

Ia menambahkan, mesin penggerak ekonomi bangsa saat ini sedang tidak bekerja maksimal akibat wabah covid-19. PLN harus membentuk team pengendali pasar karena produk listrik sudah berlebih. Ia berharap PLN menciptakan program inovatif dan pro rakyat, tidak malah menambah kegaduhan di tengah masyarakat.

“Terus itu ya .. PLN jangan suka nakut nakuti. Kalau nagih pakai bahasa yang baik lah. Masa bilangnya -Jika tanggal sekian tidak bayar, maka akan dicabut- Itu bahasa yang bikin pelanggan marah dan tersinggung,” pungkasnya.

Terpisah salah satu pelanggan PLN Ajeng Kania Permanik asal Brebes mengaku pasrah terhadap kenaikan tagihan listrik rumahnya. Kali ini ia harus membayar tagihan mencapai 750 ribu rupiah dari biasanya sekitar 200 ribuan rupiah per bulan.

“Mudah mudahan kedepan tagihan listrik kembali normal, karena masa sulit seperti ini bagi ibu rumah tangga uang sekecil mungkin jadi sangat berharga,” kata ibu tiga anak ini. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!