Aksi Kolaborasi Hijau ke-45 Blok Gunung Congkrang: Pengobatan Tanaman dan Penyulaman Bibit untuk Menjaga Kelestarian Alam

Cikajang, Garut || Aksi Kolaborasi Hijau kembali menggema di Blok Gunung Congkrang, Sabtu pagi dalam rangka pelaksanaan Aksi ke-45. Gerakan yang terus berlanjut tanpa jeda ini berfokus pada dua kegiatan utama: pengobatan tanaman dan penyulaman bibit yang sebelumnya gagal tumbuh.

Kegiatan dipimpin langsung oleh H. Jaeni, Ketua Kolaborasi Hijau, yang bersama tim kembali naik ke area penghijauan untuk memastikan keberlanjutan tanaman yang telah ditanam sejak fase awal. Turut hadir dan terlibat aktif perwakilan dari LSM Laskar Indonesia, Gibas, Sahabat Polisi, Gema Bela Negara–YBPBN, serta anak-anak, remaja, dan warga dewasa yang selama ini menjadi bagian penting dalam gerakan ini.

Dalam kegiatan penyulaman, tim berhasil menanam 80 bibit baru untuk menggantikan bibit sebelumnya yang tidak berhasil tumbuh. Sementara itu, pengobatan tanaman difokuskan pada pemulihan bibit yang mengalami gangguan pertumbuhan agar tetap sehat dan mampu beradaptasi dengan lingkungan Gunung Congkrang.

Hingga aksi ke-45 ini, soliditas tim tetap terjaga. Kekompakan dan keberlanjutan gerakan menjadi kekuatan utama Kolaborasi Hijau. Mewakili tim, Lukmanul Hakim dari Gibas menyampaikan bahwa kegiatan hari ini merupakan bentuk konsistensi dan keseriusan dalam merawat apa yang telah mereka tanam.

“Ini komitmen kami. Tidak hanya menanam, tetapi memastikan setiap bibit terus hidup, tumbuh, dan nantinya memberi manfaat bagi lingkungan. Pengobatan dan penyulaman adalah bagian penting dari proses itu,” ujar Lukmanul Hakim.

Sementara itu, Asep Gumilar, salah satu relawan dari FKPM Cikajang, menegaskan bahwa kehadiran banyak unsur anak anak, remaja, membuat Kolaborasi Hijau semakin kuat. Ia menyampaikan bahwa aksi seperti ini bukan hanya mengajarkan cinta lingkungan, tetapi juga menanamkan nilai kebersamaan, disiplin, dan tanggung jawab lintas generasi.

Aksi ke-45 ini kembali menjadi bukti bahwa penghijauan bukan hanya kegiatan seremonial. Ia adalah perjalanan panjang yang membutuhkan keberlanjutan, perhatian, dan hati yang turut tumbuh bersama pohon-pohon yang dirawat. Gunung Congkrang menjadi saksi bagaimana warga Cikajang menjaga lingkungannya dengan kerja nyata, bukan sekadar wacana.

Semoga gerakan ini terus mengalir, menumbuhkan lebih banyak pohon, lebih banyak kesadaran, dan lebih banyak harapan untuk masa depan yang hijau. (Jajang Nurjaman)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!