Simbol Doa, dan Harapan Warnai Pembukaan NGARACIK 2025 di Cikajang


Garut || Dalam suasana yang khidmat di tengah rintik hujan, Lapangan Sepak Bola Desa Giriawas, Kecamatan Cikajang menjadi saksi dibukanya perhelatan budaya Ngaracik 2025 pada Sabtu (28/6/2025). Acara ini dibuka secara resmi oleh Wakapolres Garut, Kompol Bayu Tri Nugraha Hidayat, S.E., S.I.K., sebagai bagian dari rangkaian peringatan Hari Bhayangkara ke-79 tahun ini.
Acara diawali dengan Heleran Budaya, parade budaya desa-desa se-Kecamatan Cikajang. Masing-masing desa menampilkan hasil pertanian, kesenian tradisional, dan simbol-simbol lokal yang menjadi identitas budayanya.
Wakapolres disambut dengan lengser, tarian tradisional, dan dodombaan, bahkan ikut ditandu di atas dodombaan, menambah kemeriahan dan kekhidmatan suasana. Danramil 1116/Cikajang Kapten Cke Sobirin dan anggota DPRD Kabupaten Garut Dapil V dari PKB juga ikut ditandu dan menari di atas dodombaan, memperkuat semangat kebersamaan antara pemimpin dan rakyat.
Pemukulan gong oleh Wakapolres Garut menjadi tanda resmi dimulainya Ngaracik 2025. Meski hujan mengguyur lokasi, semangat warga tetap berkobar, dan lapangan tetap penuh oleh ribuan masyarakat dari berbagai penjuru desa.
Ngaracik tahun ini diwarnai dengan prosesi Nyawor, simbol doa dan permohonan keberkahan bagi alam, masyarakat, dan generasi masa depan Cikajang.
Air dibawa dalam lodong bambu oleh 12 kepala desa dari sumber air kramat di desanya masing-masing lalu dituangkan ke dalam guci tanah liat sebagai simbol penyatuan harapan dan semangat hidup masyarakat Cikajang.
Setelah disatukan, air dalam guci disiramkan secara simbolis oleh Forkopimcam, Ketua MUI, Kepala Desa dan Ketua Pelaksana Ngaracik Kang Teten Rustendi ke bibit pohon kasemek, yang dahulu menjadi buah kebanggaan dan primadona di Cikajang. Penyiraman ini menjadi penanda bahwa Ngaracik bukan sekadar ritual seremonial, tetapi juga komitmen nyata untuk menumbuhkan kembali kejayaan lokal dan merawat akar budaya dengan harapan baru.
Hadir dalam acara pembukaan Kapolsek Cikajang AKP Patri Arsono, S.H., penanggungjawab sekaligus penggagas kegiatan, Camat Cikajang Riyana Tasripin, Ketua MUI Kecamatan Cikajang, Para Kepala Desa, tokoh masyarakat, pemuda, Ormas, LSM, pelajar, seniman dan budayawan lokal.
Ngaracik 2025 membuktikan bahwa kekuatan budaya terletak pada kolaborasi yang tulus antar elemen masyarakat.
Wakapolres Garut menyatakan bahwa Polri tidak hanya hadir untuk menjaga keamanan, tetapi juga sebagai bagian dari denyut sosial budaya masyarakat.
“Ngaracik adalah bukti bahwa budaya menjadi jembatan harmoni antara masyarakat dan Polri, menghadirkan kedekatan yang tidak dibangun oleh seragam, melainkan oleh rasa,” ujarnya.
Meskipun langit tak sepenuhnya bersahabat, semangat masyarakat tidak surut. Ribuan warga bertahan hingga akhir acara dengan semangat tinggi, membuktikan bahwa budaya adalah kekuatan yang hidup dalam jiwa warga Cikajang.
Rangkaian kegiatan Ngaracik 2025 menampilkan beragam ekspresi budaya dan seni tradisional, mulai dari Heleran Budaya, pentas pencak silat, tari jaipong, rampak kendang, hingga malam puncak perhelatan seni yang ditutup dengan Pagelaran Wayang Golek.
Pagelaran ini menghadirkan dua dalang remaja berbakat asal Cikajang Nauval Konthea Sunarya dan Selmi Cipta Dewa Sunandar. Meski cuaca masih sedikit tidak bersahabat, ribuan warga tetap antusias menyaksikan pertunjukan wayang golek yang sarat nilai filosofis dan hiburan, menjadi penutup yang mengesankan dari seluruh rangkaian Ngaracik 2025. (Cepi Gantina)