2 Strategi Kemendikdasmen Atasi Tingginya Bullying di Sekolah

PORTAL BELA NEGARA, Jakarta – Bullying atau kekerasan di sekolah menjadi salah satu dari tiga dosa pendidikan yang terus terjadi. Menanggapinya, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti menyadari angka kasus bullying di sekolah cukup tinggi.

Mirisnya, kekerasan ini dilakukan sebagian dari siswa ke siswa atau guru ke siswa. Hal ini tentu menjadi satu poin penting yang diprioritaskan demi mewujudkan dunia pendidikan yang bermutu untuk semua.

“Kita menyadari bahwa angka bullying atau angka kekerasan di sekolah itu cukup tinggi. Pelakunya juga sebagiannya sesama siswa atau sebagian juga mungkin oleh guru dan berbagai kalangan lainnya,” ungkapnya kepada wartawan di Gedung A Kemendikbud, Jl Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta, Rabu (23/10/2024) ditulis Kamis (24/10/2024).

Menurut Mu’ti salah satu penyebab mengapa banyak kekerasan terjadi di sekolah karena kurangnya konseling yang dilakukan oleh guru. Selain itu, tingginya kasus perundungan juga tidak diimbangi dengan banyaknya kehadiran guru bimbingan konseling (BK) di sekolah.

Sehingga ia menawarkan dua solusi untuk mengatasi persoalan ini, yaitu:

1. Tambah Guru Bimbingan Konseling
Kemendikdasmen akan menambah guru bimbingan konseling untuk menekan angka bullying di sekolah. Penambahan ini akan disempurnakan dengan proses pelatihan.

“Guru bimbingan konseling ini kemungkinan kalau memang disetujui akan kita lakukan penambahan. Tetapi yang sudah ada akan kita tingkatkan kualitasnya,” ucap Mu’ti.

2. Memberikan Pelatihan
Masih berkaitan, solusi kedua yang akan dilakukan Kemendikdasmen adalah meningkatkan kualitas guru konseling atau memberikan pelatihan pada guru bidang studi lain. Agar mereka memiliki kemampuan konseling.

“Bisa meningkatkan kualitas guru konseling atau memberikan pelatihan ke guru-guru bidang studi yang lain termasuk guru pendidikan agama untuk juga punya kemampuan seperti ini (memberikan konseling),” ucapnya.

Tidak terbatas pada guru agama, ia meyakini akan mengusahakan semua guru-guru mata pelajaran mendapatkan pelatihan tentang value education atau pendidikan nilai. Sehingga siswa bisa belajar terkait nilai-nilai yang baik dari semua guru.

“Jadi pendidikan tidak sekedar bagaimana mengajarkan dan mentransformasikan ilmu tetapi juga memang berkaitan dengan pemenuhan nilai atau muatan nilai dalam setiap bidang studi,” tutupnya.

sumber : Detikcom

ilustrasi : lampungnews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!